AKU TAK AKAN MEMBIARKAN TUHAN MENGAMBILNYA LAGI

Telapak tanganku masih berbekas di kamar ini. Walau waktu sudah membawaku pada usia yang sudah tak muda lagi. Namun, jiwa muda yang selalu terpatri dalam sanubari adalah sebuah potensi yang tak akan pernah menghilangkan dirinya dalam ingatan. Sebuah senyum yang dia lemparkan, tertancap ke dalam relung ingatanku. Sebuah senyum yang dihiasi dengan giginya yang tumbuh subur hingga tampak kelihatan tak teratur dan sesak di gusinya yang memerah delima.
Palang pintu yang mulai retak masih juga menungguiku, terdapat bekas tangan dan jemari lentik yang tertutupi debu di bagian ujung bawahnya. Siapa lagi kalau bukan bekas tangan sang pujaan hati yang kini entah berada di mana. Hanya tempat ini yang disisakan padaku selama aku di penjara. Dua bulan terakhir ini aku mendengar kabar kalau dia sedang berada pada sebuah gedung bertingkat dengan kondisi yang menyenangkan. Mendengar hal yang demikian diriku sudah merasa lebih baik. Tidak seperti dulu ketika aku masih beberapa bulan di penjara, di mana keadaannya sangat memprihatinkan.
Cukuplah aku yang menderita di dalam penjara. Aku tak ingin melibatkan dirinya, walaupun pencurian yang waktu itu aku lakukan pada sebuah toko adalah demi membiayai pengobatan adeknya yang sedang sekarat karena terkena kanker otak. Tapi toh, semua yang aku lakukan tak pernah aku sesali, karena dia sungguh melebihi dari hidupku. Walaupun pada akhirnya adek kesayangannya, peninggalah ibunya yang tersisa saat kebakaran melanda rumahnya beberapa tahun sebelumnya. Sebelum aku bertemu dengannya.
Kemarin aku mencoba menemuinya. Melihatnya dari jauh, dari gedung sebelah di mana dia bekerja sekarang ini. Wajahnya yang juga sudah mengalami sedikit penuaan masih mempesona di pandanganku. Guratan kecantikan yang aduhai masih sangat jelas pada kuning lansat kulitnya. Giginya masih utuh seperti dulu, hanya saja badannya yang sedikit agak kurusan. Entah apa penyebabnya, pada hal hidupnya sudah sedikit mapan. Dia serba berkecukupan. Perusahaan tempat dimana dia bekerja adalah jaminan hidupnya yang sejahtera dan sentosa. Bayangin saja, satpam saja itu diupah lebih dari empat juta rupiah setiap bulannya. Apalagi dirinya yang kerjanya duduk di depan sebuah computer mewah. Sungguh pemandangan yang membuatku puas.
Aku tak pernah lagi alpa berada di gedung sebelah gedungnya, pada setiap jam-jam makan. Karena pada saat itu dia terlihat berjalan dari balik jendela yang berukuran satu kali dua meter menuju ruang makan kantor. Aku rela tidak makan siang demi menungguinya ke ruangannya kembali berlalu melewati jendela itu. Baju kebaya putih yang digunakannya setiap hari sabut adalah pemberianku, di kala dia ulang tahun ke 28. Aku tak menyangka kalau baju itu akan bertahan sampai 5 tahun lamanya, mungkin 5 tahun yang akan datang baju itu akan masih utuh.
Masih teringat jelas ketika pertama kali aku menghadiahkan itu padanya, sebuah senyum sayang dia layangkan di keningku sebagai bentuk terimah kasihnya. Aku pun merasa bahagia tentunya, walaupun ternyata itu adalah ciuman pertamanya sekaligus ciuman terkahirnya karena keesokan harinya aku pun tertangkap oleh polisi karena kasus yang sangat memalukan. Suatu peristiwa yang tidak akan terlupakan dalam hidupnya. Mungkin dia pun demikian, karena kulihat dadanya serasa sesak saat dia melihat aku di boyong mobil patroli dan dibubuhi beberapa tendangan yang sakitnya lumayan sangat. Cucuran air matanya menjadi saksi bahwa betapa sakitnya hatinya saat itu. Karena dia harus kehilangan lagi, kehilangan dengan orang-orang yang sangat disayanginya. Aku mampu merasakan dirinya bergumam, “Oh Tuhan,.. tidak cukupkah kamu mengambil orang tua dan saudara-saudaraku dari sisiku?”
Tak terasa aku berdiri setiap hari di tempat ini selama 3 jam lamanya. Aku tak merasakan kecapaian sedikit pun. Aku tetap menungguinya sampai dia kemudian kembali dari kantornya. Dan pada saat yang demikian itu, aku dapat menyaksikan seluruh tubuhnya dengan langkahnya yang masih gemulai. Setiap pulang dari kerja aku mengikutinya dengan diam-diam dari belakang. Dia sepertinya tak mengenaliku, apalagi dengan cambang tumbuh tak terawat menghiasi wajahku saat ini. Aku dengan dia hanya berjarak kurang lebih sepuluh meter. Dapat kurasakan aroma wangi pakainnya, aroma parfum yang aku belikan dulu di sebuah toko kosmetik di tengah kota ini. “Dia rupanya masih memakai parfum jenis itu.” Gumamku.
Selama sebulan aku terus memperhatikannya, sampai suatu ketika sebuah peristiwa yang tak pernah aku duga sebelumnya. Seorang anak kecil berlari mendekapnya di depan kantornya, dengan memanggil mama. Kemudian disusul dengan seorang laki-laki yang mungkin seumuran denganku. Mereka lalu berangkul, berpelukan. Ada rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya merasuki jiwaku. Sakit,.. sungguh sakit dan diiringi dengan perih yang sungguh hebat. Aku belum pernah mengalami hal yang menyakitkan seperti sekarang ini. Di penjara saja yang setiap hari dibangunkan dengan tendangan tak sesakit dengan yang aku rasakan sekarang ini. Betullll,,, aku sungguh merasakan sakit yang tiada terperikan.
Air mata pun tak terasa mengalir, berkejaran pada rambut-rambut cambangku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Ingin berlari, tapi kaki ini terasa kaku. Ingin melompat, tapi seluruh sendi-sendiku terasa lunlai lemah. Hanya berdiri kaku dengan tubuh yang mulai reok oleh rasa perih yang menjalar di seluruh tubuhku. Memaksa aku untuk tertunduk dan akhirnya terduduk. Namun, tiba-tiba aku mendapati diriku dalam keadaan kuat dan kekar, tak kala sebuah mobil sedang melaju dengan kencangnya dari arah selatan dan akan menabrak anak kecil yang tadi memanggilnya mama.
Entah seperti apa prosesnya aku sempat mendorong anak itu ke pinggir dan terselamatkan, namun seketika itu juga aku sudah menjadi kaku, terbujur, tak bergerak dengan lumuran darah yang menutupi wajahku. di penghujun napasku aku menggumam, “Aku tak ingin Tuhan mengambil lagi di sisimu orang yang kau sayangi.”

13 JANUARI 2009

pengumuman

hai,...!
ini pengumuman!

buat teman-teman yang tergabung dalam komunitas lorong sempit, kita ngumpul-ngumpul pada hari sabtu ya. sekalian resmiin kelompok-kelompok nulis yang kita rintis bersama. aku juga buatkan blog untuk teman-teman yang mau bergabung. okey,...!

silahkan info baliknya lewat komentar di buku tamu aja ya,...?


thank's, ...