MEMBACA PEMAHAMAN LITERAL

a. Pengertian Membaca Pemahaman Literal

Terampil dan mampu membaca tidak diperoleh secara alamiah, tetapi diperoleh melalui proses pembelajaran yang bertahap dan sistematis. Haryadi dan Zamzami (1996: 303) menyatakan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang disengaja dan terencana. Dengan melakukan aktivitas proses membaca berarti melakukan aktivitas memproses makna kata, memahami konsep, memahami informasi dan memahami ide yang disampaikan penulis dan dihubungkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki oleh pembaca.

Burn, Roe dan Ross (996: 996: 46) menyatakan bahwa: “Membaca adalah suatu proses kegiatan berbahasa unluk memahami dan menerima isi bacaan yang disampaikan oleh penulis melalui baca tulis dan wujud isi pesan berupa fakta, gagasan, pendapat, dan uugkapaan perasaan.”

Kemampuan memahami isi bacaan diperlukan kompetensi seperti yang dikemukakan oleh Billet dan Temple dalam Burn, Roe dan Ross, (1996: 34), yaitu:

6
“proses pemahaman dalam membaca melibatkan tiga hal pokok, yaitu pengetahuan yang telah dijumpai oleh pembaca (prior knowledge), pengetahuan tentang struktur teks (knowledge of text structure) dan kegiatan menemukan makna (active search for information). Pengetahuan yang sebelumnya telah dipunyai oleh pembaca merupakan pembendaharaan sejumlah pengetahuan tentang apa yang tersimpan dalam schemata dan dalam struktur psikologis pembaca. Penguasaan struktur teks bacaan deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan persuasi ciri khas tersendiri. Kegiatan menemukan makna merupakan hal yang penting, karena dengan menemukan makna, maka dapat memahami isi bacaan yang dibaca.

Menurut Burn, Reo dan Ross, (1996: 43) menyatakan bahwa: “Membaca pemahaman literal adalah membaca teks bacaan dan memahami isi bacaan tentang apa yang disebutkan di dalam teks yang tersurat.”

Kompetensi membaca pemahaman seperti yang diuraikan tersebut di atas adalah suatu hal yang mutlak dimiliki oleh siswa sejak usia SD. Hal ini dapat dicapai setelah mereka mampu membaca permulaan. Membaca permulaan diajarkan pada kelas rendah di SD, yaitu kelas satu dan kelas dua. Sementara membaca pemahaman mulai diajarkan pada tingkat kelas tiga dan dimulai pada latihan pemahaman tingkat rendah (literal) dan secara bertahap dikembangkan sesuai jenjang kelasnya.

b. Model-model Membaca Pemahaman Literal

Punfey dalam Rumijan (2002: 25) menyatakan bahwa: “Mengembangkan pemahaman literal dibagi dua kategori, yaitu kemampuan mengenal dan kemampuan mengungkapkan kembali isi bacaan berupa (1) detail, (2) ide pokok, (3) urutan, (4) perbandingan, (5) hubungan kausal, (6) pelaku dalam bacaan.” Dari uraian isi bacaan literal atau seperti yang tersurat di dalam teks bacaan dan pada hakikatnya adalah kemampuan menginterpretasi makna dalam teks bacaan.

Untuk membangun pemahaman literal, siswa diberikan panduan pertanyaan arahan seperti yang dikemukakan oleh Burn, Roe dan Ross (1996: 47) yaitu:

“(1) Siapa, untuk menyakan orang/binatang atau tokoh di dalam wacana, (2) apa, untuk menanyakan barang, bench, dan peristiwa, (3) di mana, untuk menanyakan tempat. (4) kapan, untuk menanyakan waktu, (5) bagaimana, untuk menanyakan proses jalannya suatu peristiwa alasan untuk sesuatu, dan (6) mengapa, untuk menanyakan sesuatu sebagaimana disebutkan di dalam bacaan”.

Panduan untuk memahami isi bacaan secara literal seperti di atas diharapkan dapat dijadikan petunjuk untuk memahmi isi bacaan. Shanklin dan Rhodes dalam Burn, Roe dan Ross, (1996: 105) menyatakan bahwa: “Kemampuan memahami isi bacaan merupakan suatu proses yang berkembang secara terus-menerus dan dapat dimulai sebelum buku dibaca dan berkembang setelah buku selesai dibaca.”

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman Literal

Guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, sekurang-kurangnya guru perlu membina lima faktor pendukung pemahaman seperti yang diungkapkan oleh Burn, Reo dan Ross (1996: 112) yaitu; “(a) potensi skemata pembaca, (b) potensi mengingat. (c) perspektif pembaca, (d) kemampuan berpikir, dan (e) aspek efektif.” kelima hal tersebut dibahas sebagai berikut.

(a) Potensi Skemata Pembaca

Setiap manusia memiliki potensi u ntuk berkembang. Potensi itu ada pada diri siswa itu sendiri yang tersimpan di dalam memorinya. Hal ini sebagaimana yang dinyataan oleh Cahyono (1992/1993: 25) bahwa: “Skemata adalah berupa pengetahuan yang tersimpan di dalam memori siswa yang dapat berfungsi pada saat siswa menginterpretasi informasi baru serta membiarkan informasi bari itu masuk dan menjadi bagian dari pengalaman yang tersimpan.”

(b) Potensi Mengingat

Kemampuan mengingat adalah suatu kemampuan kognisi yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam Taksonomi Bloom kemampuan ini termasuk kemampuan tingkat rendah. Mengingat sangat diperlukan dalam membaca, karena dengan mengingat pembaca dapat menggungkapkan kembali dan menghubungkan antara apa yang dibaca dengan apa dipahaminya.

(c) Perspektif Pembaca

Perspektif pembaca merupakan potensi yang sangat menentukan pemahaman seseorang dalam membaca teks bacaan. Dengan perspektif yang dimilki oleh siswa terhadap bacaan yang dibacanya dapat memberikan kemudahan dalam memahami isi bacaan. Perspektif yang dimaksud adalah pendapat, anggapan, dan tinjauan pembaca terhadap teks yang dibacanya.

(d) Kemampuan Berpikir

Kemampuan berpikir adalah syarat untuk memahami sesuatu. Untuk memahami isi bacaan diperlukan kognisi siswa. Kemampuan berpikir yang dimaksud adalah kemampuan mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis tentang apa yang dibacanya.

(e) Aspek Apektif

Aspek atfektif adalah aspek yang juga menentukan kemampuan sesorang memahami isi bacaan dengan baik. Apektif adalah sikap seseorang terhadap teks yang dibacanya. Dengan memiliki sikap yang positif atau dengan kemampuan pembaca menanggapi isi teks dengan baik, maka akan menghasilkan pemahaman yang baik.

Selain hal tersebut di atas, Anthony dalam Rumijan (2002: 20) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang perlu diketahui dan dikembangkan oleh guru dalam proses pemahaman isi bacaan, yaitu (1) karakteristik pebelajar, (2) karakteristik teks, dan (3) konteks sosial. Ketiga faktor ini menjadi perhatian utama bagi guru untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Untuk lebih jelasnya dibahas sebagai berikut.

(1) Karakteristik Pelajar­

Membina kemanpuan siswa di SD membawa pemahaman guru perlu mengetahui karakteristik siswa yang meliputi pengetahuan latar pengetahuan kosakata, dan pengetahuan metokognitif. Ketiga hal tersebut dibahas sebagai berikut.

(a) Pengetahuan Latar

Engetahuan latar adalah pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa yang berkaitan dengan topik bacaan yang akan dibaca. Mengetahui latar pengetahuan siswa sangat membantu memahami isi bacaan. Memiliki latar pengetahuan yang cukup berkaitan dengan teks bacaan yang akan dibaca akan berpengaruh pada kemampuan siswa memahami isi bacaan Cleary dalam Rumijan (2002: 64) menyatakan bahwa: “Anak yang memiliki latar pengetahuan yang Serupa dengan teks yang akan dibacanya sangat membantu anak dalam membaca.”

Upaya yang dapat dilakukan untuk menggali latar pengetahuan siswa dengan teks yang akan dibacanya dapat dilakukan dengan cara menghubungkan dan mencocokkan latar pengetahuan siswa dengan topik atau isi bacaan dengan cara membangkitkan skemata siswa melalui kegiatan bertanya jawab, memprediksi isi gambar. Cara seperti ini memiliki keuntungan, yaitu siswa secara tidak langsung dapat terampil berbicara yaitu mengemukakan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dimiliki yang berkaitan dengan topik bacaan yang dibicarakan.

Menghubungkan pengetahuan latar siswa dengan isi bacaan dapat diperkuat dengan bantuan gambar, yaitu dengan cara memberi informasi singkat tentang garis besar isi bacaan, memberi tugas menebak judul bacaan, melakukan tanya jawab untuk menebak (perkiraan) isi bacaan. Dengan cara seperti ini dapat memudahkan siswa menelusuri atau menemukan isi bacaan yang dibacanya.

Latar belakang budaya juga menentukan potensi membaca pemahaman bagi siswa. Kesesuaian latar belakang budaya dengan isi bacaan yang akan dibaca dapat mempengaruhi interpretasi (penafsiran) isi bacaan. Dengan memiliki kemampuan interpretasi akan mudah memahami isi bacaan. Miller dalam Rumijan (2002: 80) menyatakan bahwa: “Anak membaca teks bacaan sesuai latar belakang budaya dapat mudah memahami isi bacaan. Sementara anak membaca topik bacaan yang tidak sesuai latar belakang budayanya akan mengalami kesulitan memahami isi bacaan.”

(b) Pengetahuan Kosakata

Pengetahuan kosakata yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami isi bacaan. Guna meningkatkan kemampuan membaca pemahaman literal, guru harus membekali pengetahuan kosakata bagi siswa. Penguasaan kosakata berpengaruh terhadap pemahaman teks bacaan. Cara yang etektif untuk meningkatkan kosakata siswa adalah (a) memilih dan menemukan kata kunci, (b) memberi petunjuk yang menekankan hubungan antara kata dengan pengalaman atau pengetahuan latar pembaca, dan (3) melatih menggunakan kosakata dalam kalimat.

(c) Pengetahuan Metakognitif

Meningkatkan kemampuan membaca pemahaman, guru perlu meningkatkan metakognitif siswa. Metakognitif adalah kemampuan untuk menjelaskan mengapa seseorang melakukan strategi tertentu, misalnya memahami isi bacaan. Metakognitif dapat dikembangkan melalui pengalaman dan pembelajaran. Melalui pengembangan metakognitif siswa dapat menyadari langkah-langkah yang diambil dalam memahami isi bacaan.

Membangun metakognitif siswa dalam hal memaham isi bacaan dapat dilakukan dengan cara (a) guru menjelaskan proses membaca pemahaman secara eksplisit dengan memberi informasi tentang bagaimana dan kapan strategi itu digunakan (b) dengan cara pembelajaran timbal balik akan dapat mempengaruhi terhadap strategi memahami isi bacaan yang meliputi: meringkas isi bacaan, membuat pertanyaan isi bacaan, menjelaskan, memprediksi isi bacaan, melibatkan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman.

(2) Karakteristik Teks

Pengetahuan tentang karakteristik teks dapat dipakai untuk membantu pemahaman teks bacaan. Pemahaman tentang karakteristik isi teks bacaan sangat membantu siswa dalam mamahami isi bacaan. Pemahannan terhadap jenis teks yang akan dibaca merupakan hasil dari pembentukan makna yang timbal balik antara pembaca dan teks bacaan.

(3) Konteks Sosial

Konsteks sosial merupakan lingkungan sosial dimana siswa berada. Pengaruh konteks sosial terhadap pembelajaran membaca pemahaman adalah bahwa latar belakang budaya dan konteks pembelajaran digunakan dapat mempengaruhi pemahaman isi bacaan.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, Burn, Roe dan Ross (1996: 130 menyatakan bahwa dalam membaca ada dua bagian utama yang perlu diketahui, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas yang bersifat mental maupun fisik. Sementara mebaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.

BIARKAN AKU MEMILIH

Perasaannya hancur, runtuh seperti gedung-gedung di Palestina yang dibombardir oleh tentara Israel. Tapi aku harus bagaimana lagi, bukankah Tuhan telah memberiku kesempatan untuk memilih? Jadi jangan paksakan aku kepada sesuatu yang bukan menjadi pilihanku. Aku tahu kata-kataku ini semakin membuat dirinya hancur, berdiri pun rupanya dia sudah tak sanggup lagi. Linangan air matanya yang mengalir pun tak sanggup mengalirkan semua rasa yang berkecamuk dalam dirinya saat ini.
Dia mendongak, menatapku tajam. Lalu dia berkata, “Salahkah aku, jika perasaan cinta ini hanya untukmu?”
“Sungguh, kamu itu tidak bersalah. Tapi, yang salah adalah waktu, kenapa kita harus dipertemukan kembali setelah aku sudah menemukan penggantimu.”
Kembali perempuan yang dari tadi menangis di depanku mengangkat kepalanya, bola matanya terlihat tajam menatapku. Bola mata yang bundar dan memerah. Tak pernah aku melihat dia seperti sekarang ini. Dulu, aku begitu mengenal bola mata itu. Bola mata yang selalu memberiku inspirasi tentang kekuatan dan cinta yang terpancar di sana. Namun, hari ini aku sungguh buta dengan tatapan itu. Sungguh aku tak tahu menterjemahkan setiap guratan merah yang menyala-nyala bak kunang-kunang yang sedang mencari ruhnya yang terselip dalam lipatan-lipatan kecil peti mayat.
Pundaknya yang sedikit merendah berusaha kugapai, seraya mengelusnya lemah dan lembut. Suatu harapan yang ingin aku sampaikan lewat jemari lentik akan suatu cita yang sedang menunggu di langit-langit cinta. “Sudahlah, cinta tak selamanya memiliki. Kamu harus menerima apa yang menjadi kehendak dari-Nya.”
“Tapi,…” kata-katanya tertahan.
“Tapi kenapa? Bukankah kamu dulu yang mengatakan hal itu padaku.” Kembali aku teringat beberapa tahun yang silam, saat dia akan menikah dengan seorang lelaki lulusan sebuah universitas negeri di Makassar.
“Itu bukan kehendakku, kak! Dan biarkanlah aku berada dalam dekapanmu walau sesaat.” kembali ia menangis tersedu-sedu.
Melihat air matanya yang semakin deras mengalir, aku kehilangan konsentrasi. Aku larut dalam kesedihannya. Lalu rambutnya yang terurai indah kuremas, kepalanya pun jatuh dalam dadaku. Aku mendekapnya lembut. Kami berdua terdiam. Gemuruh ombak di depan kami pun terasa hilang, semuanya hening. Kulihat dari jauh matahari mulai jatuh ke kaki langit sebagai pertanda bahwa tidak lama lagi malam akan menyapa bersama dengan rembulan yang sabit tersenyum. Di sudut tempat kami duduk, terdapat beberapa perahu yang sedang ditambak sedang menunggu tuannya membawakan bahan bakar yang semakin langkah.
Dia masih dalam dekapanku, kurasakan kepalanya bergerak-gerak kemudian kembali meletakkan lembut dalam dadaku. Dia seperti anak kucing yang lagi bermanja-manja dengan ibunya karena merasa kedinginan. Aku menjadi serba salah, apalagi dia sekarang tertidur dalam dekapanku. Sungguh ada kedamaian yang merasuki jiwanya. Tapi haruskah aku membiarkan dia tidur dalam dekapanku, pada hal, di tempat lain seorang gadis desa sedang menantikan kehadiranku membacakan puisi untuknya.
Aku menyadari mereka berdua memang berbeda, yang satu adalah gadis kota dengan segala kemewahan yang dimiliki, sedangkan yang satunya lagi adalah gadis desa yang lugu dan bersahaja. Mungkinkah aku akan memiliki kedua-duanya. Tentunya suatu pilihan yang berat bagiku. Di tambah dengan diriku yang hanya seorang gelandangan yang mengandalkan keberuntungan untuk hidup di perantauan. Tuhan! Izinkanlah aku memilih? Teriakku dalam hati. Perempuan yang tertidur dalam dekapanku kembali bergerak. Mungkinkah dia mendengar teriakan hatiku?. Tangannya bergerak lemah menggenggam jemariku. Aku semakin bingung, aku tak mampu menentukan pilhan. Karena tidak mungkin aku meninggalkan dirinya yang sekarang sedang mengalami goncangan.
Seandainya saja suami yang dipilihkan ayahnya dulu bukan seorang peminum, mungkin dia akan berusaha untuk mencintainya. Tapi, kenyataan tidak berkata demikian. Sungguh dia sangat tersiksa karenanya. Tamparan dan makian adalah hal yang biasa dalam kesehariannya. Tapi, apakah aku harus menjadi pahlawan, dan membawanya lari dari kehidupannya yang begitu suram. Lalu bagaimana dengan gadis desa yang pernah aku janji untuk menikahinya sepulang dari merantau?.
Uuuuh,..! terlalu banyak pertanyaan yang terlahir dalam diriku saat ini. Tak terasa waktu sudah jauh beranjak malam. Perempuan yang tertidur dalam dekapanku belum juga terbangun. Kurasakan semilir angin laut menerpa wajahku. Genggaman tangan gadis yang dari tadi tidur dalam pelukanku semakin kaku, dan dingin. Aku merasakan hal yang aneh, karena bukan kehangatan yang terjadi. Lalu aku mengusap kepalanya. Dia tidak bergerak. Perlahan aku merasakan ada cairan yang mengalir, meresap pada baju kaos putih yang aku kenakan. Aku mencoba memeriksa cairan apa gerangan, dan betapa kagetnya ketika kedapati tanganku penuh dengan darah. Ternyata dia meninggal dalam pelukanku.

AKU TAK AKAN MEMBIARKAN TUHAN MENGAMBILNYA LAGI

Telapak tanganku masih berbekas di kamar ini. Walau waktu sudah membawaku pada usia yang sudah tak muda lagi. Namun, jiwa muda yang selalu terpatri dalam sanubari adalah sebuah potensi yang tak akan pernah menghilangkan dirinya dalam ingatan. Sebuah senyum yang dia lemparkan, tertancap ke dalam relung ingatanku. Sebuah senyum yang dihiasi dengan giginya yang tumbuh subur hingga tampak kelihatan tak teratur dan sesak di gusinya yang memerah delima.
Palang pintu yang mulai retak masih juga menungguiku, terdapat bekas tangan dan jemari lentik yang tertutupi debu di bagian ujung bawahnya. Siapa lagi kalau bukan bekas tangan sang pujaan hati yang kini entah berada di mana. Hanya tempat ini yang disisakan padaku selama aku di penjara. Dua bulan terakhir ini aku mendengar kabar kalau dia sedang berada pada sebuah gedung bertingkat dengan kondisi yang menyenangkan. Mendengar hal yang demikian diriku sudah merasa lebih baik. Tidak seperti dulu ketika aku masih beberapa bulan di penjara, di mana keadaannya sangat memprihatinkan.
Cukuplah aku yang menderita di dalam penjara. Aku tak ingin melibatkan dirinya, walaupun pencurian yang waktu itu aku lakukan pada sebuah toko adalah demi membiayai pengobatan adeknya yang sedang sekarat karena terkena kanker otak. Tapi toh, semua yang aku lakukan tak pernah aku sesali, karena dia sungguh melebihi dari hidupku. Walaupun pada akhirnya adek kesayangannya, peninggalah ibunya yang tersisa saat kebakaran melanda rumahnya beberapa tahun sebelumnya. Sebelum aku bertemu dengannya.
Kemarin aku mencoba menemuinya. Melihatnya dari jauh, dari gedung sebelah di mana dia bekerja sekarang ini. Wajahnya yang juga sudah mengalami sedikit penuaan masih mempesona di pandanganku. Guratan kecantikan yang aduhai masih sangat jelas pada kuning lansat kulitnya. Giginya masih utuh seperti dulu, hanya saja badannya yang sedikit agak kurusan. Entah apa penyebabnya, pada hal hidupnya sudah sedikit mapan. Dia serba berkecukupan. Perusahaan tempat dimana dia bekerja adalah jaminan hidupnya yang sejahtera dan sentosa. Bayangin saja, satpam saja itu diupah lebih dari empat juta rupiah setiap bulannya. Apalagi dirinya yang kerjanya duduk di depan sebuah computer mewah. Sungguh pemandangan yang membuatku puas.
Aku tak pernah lagi alpa berada di gedung sebelah gedungnya, pada setiap jam-jam makan. Karena pada saat itu dia terlihat berjalan dari balik jendela yang berukuran satu kali dua meter menuju ruang makan kantor. Aku rela tidak makan siang demi menungguinya ke ruangannya kembali berlalu melewati jendela itu. Baju kebaya putih yang digunakannya setiap hari sabut adalah pemberianku, di kala dia ulang tahun ke 28. Aku tak menyangka kalau baju itu akan bertahan sampai 5 tahun lamanya, mungkin 5 tahun yang akan datang baju itu akan masih utuh.
Masih teringat jelas ketika pertama kali aku menghadiahkan itu padanya, sebuah senyum sayang dia layangkan di keningku sebagai bentuk terimah kasihnya. Aku pun merasa bahagia tentunya, walaupun ternyata itu adalah ciuman pertamanya sekaligus ciuman terkahirnya karena keesokan harinya aku pun tertangkap oleh polisi karena kasus yang sangat memalukan. Suatu peristiwa yang tidak akan terlupakan dalam hidupnya. Mungkin dia pun demikian, karena kulihat dadanya serasa sesak saat dia melihat aku di boyong mobil patroli dan dibubuhi beberapa tendangan yang sakitnya lumayan sangat. Cucuran air matanya menjadi saksi bahwa betapa sakitnya hatinya saat itu. Karena dia harus kehilangan lagi, kehilangan dengan orang-orang yang sangat disayanginya. Aku mampu merasakan dirinya bergumam, “Oh Tuhan,.. tidak cukupkah kamu mengambil orang tua dan saudara-saudaraku dari sisiku?”
Tak terasa aku berdiri setiap hari di tempat ini selama 3 jam lamanya. Aku tak merasakan kecapaian sedikit pun. Aku tetap menungguinya sampai dia kemudian kembali dari kantornya. Dan pada saat yang demikian itu, aku dapat menyaksikan seluruh tubuhnya dengan langkahnya yang masih gemulai. Setiap pulang dari kerja aku mengikutinya dengan diam-diam dari belakang. Dia sepertinya tak mengenaliku, apalagi dengan cambang tumbuh tak terawat menghiasi wajahku saat ini. Aku dengan dia hanya berjarak kurang lebih sepuluh meter. Dapat kurasakan aroma wangi pakainnya, aroma parfum yang aku belikan dulu di sebuah toko kosmetik di tengah kota ini. “Dia rupanya masih memakai parfum jenis itu.” Gumamku.
Selama sebulan aku terus memperhatikannya, sampai suatu ketika sebuah peristiwa yang tak pernah aku duga sebelumnya. Seorang anak kecil berlari mendekapnya di depan kantornya, dengan memanggil mama. Kemudian disusul dengan seorang laki-laki yang mungkin seumuran denganku. Mereka lalu berangkul, berpelukan. Ada rasa yang tak pernah aku rasakan sebelumnya merasuki jiwaku. Sakit,.. sungguh sakit dan diiringi dengan perih yang sungguh hebat. Aku belum pernah mengalami hal yang menyakitkan seperti sekarang ini. Di penjara saja yang setiap hari dibangunkan dengan tendangan tak sesakit dengan yang aku rasakan sekarang ini. Betullll,,, aku sungguh merasakan sakit yang tiada terperikan.
Air mata pun tak terasa mengalir, berkejaran pada rambut-rambut cambangku. Aku tak tahu harus berbuat apa. Ingin berlari, tapi kaki ini terasa kaku. Ingin melompat, tapi seluruh sendi-sendiku terasa lunlai lemah. Hanya berdiri kaku dengan tubuh yang mulai reok oleh rasa perih yang menjalar di seluruh tubuhku. Memaksa aku untuk tertunduk dan akhirnya terduduk. Namun, tiba-tiba aku mendapati diriku dalam keadaan kuat dan kekar, tak kala sebuah mobil sedang melaju dengan kencangnya dari arah selatan dan akan menabrak anak kecil yang tadi memanggilnya mama.
Entah seperti apa prosesnya aku sempat mendorong anak itu ke pinggir dan terselamatkan, namun seketika itu juga aku sudah menjadi kaku, terbujur, tak bergerak dengan lumuran darah yang menutupi wajahku. di penghujun napasku aku menggumam, “Aku tak ingin Tuhan mengambil lagi di sisimu orang yang kau sayangi.”

13 JANUARI 2009

pengumuman

hai,...!
ini pengumuman!

buat teman-teman yang tergabung dalam komunitas lorong sempit, kita ngumpul-ngumpul pada hari sabtu ya. sekalian resmiin kelompok-kelompok nulis yang kita rintis bersama. aku juga buatkan blog untuk teman-teman yang mau bergabung. okey,...!

silahkan info baliknya lewat komentar di buku tamu aja ya,...?


thank's, ...