ada apa dengan kampus

ADA APA DENGAN KAMPUS
Sabda Rasulullah SAW “ketahuilah, akan aku kabarkan kepadamu bagaimana seorang mukmin itu dapat disebut mukmin yaitu dengan memperbaiki keadaan masyarakat dengan diri dan harta mereka”.
Sesungguhnya orang yang akan ditinggikan derajat oleh Allah adalah orang yang berilmu dan imunya dipergunakan kepada hal kebajikan atau dijalan Allah
Arus globalisasi yang terjadi telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan peradaban manusia dari segala aspek kehidupan. Tak terkecuali dunia kampus yang telah terhipnotis dengan gemerlapnya budaya modernisasi. Kampus yang selama ini diagung-agungkan telah ternodai oleh sebuah budaya yang terlahir dari strategi kapitalis dan konco-konconya. Namun, para mujahid mudah tak henti-hentinya juga membangun sebuah sistem yang bertujuan untuk menetralisir perkembangan budaya dan sistem yang ada.
Kampus hadir sebagai sebuah komunitas oposisi dari komunitas penindas dan kehidupan sistem birokrasi. Dimana, sistem birokrasi yang terbangun belum mampu untuk membimbing rakyat menuju kepada kehidupan yang lebih bersahaja, lahir dan batin. Akan tetapi sistem yang terbangun lebih di dasarkan atas kepentingan golongan tertentu atau pribadi baik ditinjau dari segi hukum dan sistem perekonomian.
Budaya dan komunitas oposisi yang lahir dalam dunia kampus diharapkan mampu untuk mempengaruhi dan mengkanter budaya kapitalis, kolinielisme dan bentuk-bentuk penindasan lainnya. Secara umum revolusi kampus terjadi di pengaruhi oleh beberapa hal yang pertama, konteks sosial kampus yang nampaknya belum mampu untuk mengadakan suatu pembaharuan sebagai masyarakat intelek. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa telah mengalami kebuntuan yang kurang menghasilkan sebagai final value yang akurat. Segala bentuk kebijakan dan beberapa gagasan yang muncul makin jauh bergeser dari nilai kerakyatan dan demokratis.
Kedua, kecenderungan pemikiran mahasiswa mengarah kepada bagaimana ia sukses dengan segala bentuk kemewahan tanpa memperhatikan fenomena sosial. Mahasiswa sebagai pengayon masyarakat kini telah disibutkan oleh aktivitas akademi saja yang sampai hari ini tidak ada jaminan yang diberikan kepada bangsa ini khususnya dan dunia umumnya. Budaya akademika yang menghegemoni mahasiswa telah meruntuhkan semangat juang para generasi muda yang seharusnya berada di garis depan dalam menyikapi segala permasalahan sosial.
Pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah hanya akan menciptakan manusia-manusia drakula yang akan menghisap darah rakyat. Sistem pendidikan telah menciptakan manusia yang ditakuti melebihi ketakutan kita kepada setan atau uka-uka dan semacamnya. Hantu dan drakula itu telah menakuti dan menghisap darah manusia di siang bolong tak kenal waktu dan tempat.
Ketiga, praktek pembunuhan karakter yang terjadi di dunia kampus. Hal ini dapat kita lihat dengan sikap dosen yang terkadang memaksakan segala bentuk kebijaksanaan yang sebenarnya telah menindas mahasiswa. Sistem perkuliahan yang seenaknya saja diatur oleh dosen seperti memindah-mindahkan jadual akademik dan masuk mengajar sesuai kesempatannya saja yang secara tak sadar telah menghancurkan dinamika perkuliahan. Lagi pula mahasiswa bukanlah robot yang hanya menerima ilmu dari hasil suntikan program akan tetapi mahasiswa juga manusia yang butuh akan dinamika hidup yang beragam agar supaya hidup ini lebih kompleks dan bermakna.
Kampus adalah perkumpulan dari orang-orang intelektual dalam melakukan suatu pematangan diri menuju kepada kehidupan sosial masyarakat yang berdemokrasi. Di dalam kampus tak jarang terjadi suatu perbenturan-perbenturan yang sesungguhnya mereka tak sadari bahwa semua itu terjadi dari adanya kepentingan yang lebih mengedepankan keakuan atau individualistis semata.
Perkembangan informasi global dunia saat sekarang ini empat kali lebih cepat percepatannya. Hal ini yang akan membawa dampak yang sangat besar terhadap pola kehidupan manusia dan budaya yang berkembang. Dengan demikian menjadi sosok yang ideal akan sulit terjadi ketika kita takut menghadang dan melawan arus sistem, sekarang yang ada hanya kebanyakan diadopsi dari orde baru, kaum kapitalis, dan kolonialisme.
Paham tersebut kini telah merambah masuk ke dalam wilayah kampus kita seperti yang dapat kita lihat pada peraturan pemerintah Repeblik Imdonesia nomor 61 tahun 1999 tentang penetapan perguruan tinggi sebagai badan hukum pendidikan. Secara nyata, ruang gerak kita telah dibatasi oleh aturan-aturan yang hanya akan membuat kita menjadi patung atau boneka yang hanya akan digerakkan oleh sebuah sistem yang telah diatur. Keadaan ini akan membawa dampak besar terhadap jati diri mahasiswa yang menjadi sebagai penggerak, penyeimbang, dan pendobrak. Di sisi lain, akan memicu biaya pendidikan yang sangat besar dan langkah awal dari swastanisasi pendidikan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya mahasiswa telah terkontaminasi dengan budaya pop (popularitas) yang kecenderungannya bagi mereka adalah kemewahan, keindahan, hura-hura, dan gemerlapnya dunia metropolitan merupakan sesuatu yang harus dinikmati. Keadaan tersebut secara perlahan-lahan telah menggorogoti pemikiran-pemikiran anak muda khususnya bagi mereka yang memiliki latar belakang keluarga kalangan atas. Orang tua mereka yang sibuk dengan kantor dan kerja tanpa ada perhatian lagi kepada anak dan keluarganya. Budaya kampus akan semakin parah ketika dunia kampus hanya terbuka bagi mereka yang berduit dan berpangkat.
Dampak dari keadaan di atas adalah mudahnya terpecah belah antara kalangan mahasiswa sendiri yang membawa citra mahasiswa dan almamater menjadi sangat terhina. Keadaan ini pun dimanfaatkan oleh kalangan politikus dalam mempengaruhi pergerakan mahasiswa hari ini. Oleh karena itu, sangat bohong ketika ingin mengadakan sebuah perubahan tanpa melakukan analisis dari segi pencitraan kita untuk menarik simpati dan kemuliaan dari sebuah perjuangan.
Kecenderungan dunia kampus sekarang ini dalam menghasilkan suatu out-put yang berkualitas dan bertarap internasional dengan mengambil ukuran banyaknya alumni yang bekerja pada instansi yang berkualitas. Perlombaan dalam bidang teknologi yang juga mengakibatkan kehidupan sosial menjadi tidak seimbang yang mana masyarakat sekarang ini sangat rindu akan kehidupan primordial. Namun, mereka melupakan bahwa pendidikan adalah sebagai alat untuk menciptakan manusia yang beradab dan bijaksana adalah sangat penting dibandingkan dengan tujuan karena finansial saja.
Sebagai bukti yang nyata adalah banyak sekali orang-orang yang memiliki pendidikan yang tinggi dengan gelar dan keahlian yang sangat banyak namun, justru mereka yang membuat Negara semakin terpuruk. Keterpurukan itu terjadi dari segala bidang kehidupan misalnya :
1. Ekonomi ; sistem ekonomi sekarang mulai dari zaman orde baru perekonomian tidak pernah mengalami kemajuan yang berarti namun, malah sebaliknya. Terjadinya bencana kelaparan diberbagai daerah di Indonesia, produksi pangan, sandang, dan papan semakin berkurang ini sebagai bukti bahwa pemerintah sekarang masih tidak becus mengelola Negara ini.
2. Sosial/budaya ; kehidupan sosial yang terjadi dikalangan masyarakat semakin jauh menyimpang dari budaya khususnya budaya kemanusiaan kita. Ini terlihat dari makin maraknya praktek prostitusi yang dapat kita jumpai dipinggir jalanan kota-kota besar di seluruh Indonesia.
3. Hukum ; Negara Indonesia yang terkenal sebagai Negara hukum hanya sebuah simbolitas saja. Hukum hanya menjadi permainan bagi orang-orang yang berkuasa, bagi pemegang modal, dan perumus hukum itu sendiri. Kita dapat melihat bagaimana para pemegang modal, penguasa, dan orang kaya, dimana hukum bagi dirinya bukanlah menjadi sebuah aturan akan tetapi menjadi kekuatan untuk menjerat kaum lemah. Penggusuran terjadi di mana-mana dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dari dasar tersebut di atas maka perlu adanya sebuah langkah yang harus diambil sehingga kita dapat mengatasi masalah tanpa rakyat harus menjadi korban. Bukan sebaliknya, yang mana keputusan yang diambil itu akan menyengsarakan rakyat kecil, sehingga demokrasi yang dijalankan oleh pemerintah hari ini bukan untuk rakyat (Eko Prasoetiyo).
Cita-cita gerakan reformasi ingin mewujudkan Indonesia baru yang dibangun oleh masyarakat sendiri, terutama oleh generasi muda. S.J. Drost (2000) menganalisis bahwa pendidikan nasional memegang peranan yang penting dan sangat strategis dalam usaha mewujudkan kembali cita-cita masyarakat Indonesia yang kuat dan bersatu dalam membangun.
Di era reformasi ini terdapat pandangan dan pola yang baru terhadap dunia pendidikan yang biasa disebut dengan paradigma baru di bidang pendidikan. Oleh Tilaar, adapun langkah yang harus kita ambil yaitu ada tiga :
1. redefenisi pendidikan
2. perubahan terhadap sistem pendidikan
3. pola pikir masyarakat

0 komentar:

Posting Komentar