mereka itu orang miskin

“Ratapan kaum tertindas adalah doa yang paling mujarab,
Karena sesungguhnya doa orang yang tertindas cepat diterima” dikutip dari buku “Kaum Mustada’fin”

Assalamu Alaikum wr.wb
Aku, terpaku melihat mereka yang sedang duduk termenung dan memandang menerawan jauh kedepan tanpa ada kepastian. Mereka kini dalam keraguan, ketakpastian, mengadu nasib dengan para penguasa. Itulah hidup sekarang ini, mereka hanya orang miskin, mereka tertindas, ada yang secara sadar melawan peradaban dan ada yang tak sadar bangkit untuk keluar dari penderitaan, mereka semua berjuang.
“Mereka Yang Berteriak Tentang Kebenaran”
Mereka terbelenggu bagai burung di dalam sangkar yang setiap harinya hanya bernyanyi tanpa kenal lelah. Benarlah, bahwa bangsa ini sedang berevolusi sehingga terjadi seleksi penguasa diantara mereka “diskriminasi” akankah teori Darwing muncul lagi setelah tumbang (orde baru bangkit lagi dengan diktatornya). Memang betul penderitaan untuk bangkit dan kemewahan untuk berpoyah-poyah. Perjuangan tak pernah berhenti, tapi kenapa harus mereka (orang tertindas) jangan-jangan hukum rimba datang lagi karena Beliau telah wafat “Nabi Muhammad SAW” dan muncul Qurays baru dengan segala bentuk kesombongan dan kemungkarannya di era modern ini. Akan tetapi, perlu disadari dan yakini bahwa Allah adalah maha bijaksana yang akan mengutus pemimpin yang menjadi Rahmatillilalamin.
“Kenapa harus mereka “orang miskin” yang tertindas apakah kebenaran dan keadilan sekarang ini adalah uang dan jabatan dengan dasar-dasar Pancasila dan undang-undangnya. Al-Qur’an mereka jadikan sebagai senjata kedamaian dan berlindung dibaliknya. “Dimanakah orang-orang itu” jangan-jangan mereka ada berkeliaran di mana-mana dengan bertopeng Al- Qur’an, demokrasi, HAM, dan keadilan. Aku takut membayangkan itu, kuingin jadi detektif saja agar kutahu orang yang bertopeng itu dan kugantikan topeng mereka dengan topeng monyet hingga semua orang menontonnya dan mengasihinya dengan memberikan uang Rp.50,-, agar mereka paham betapa berharganya uang Rp.50,- itu bagi mereka dan sakitnya orang yang tertindas. Sehingga mereka tidak akan lagi memakan uang rakyat, anak yatim dan orang miskin dan merampas harta mereka.
Pada malam hari kucoba pejamkan mataku seraya kuberdoa untuk bermimpi yang indah, namun, kuselalu terjaga dengan mimpi buruk yang aku lihat dan rasakan selama ini. Topeng kemanusiaan yang palsu itu selalu terbayang “kami tertindas” teriakan hesteris itu selalu menggema dalam kesunyian malam seiring dengan lolongan anjing malam. Kubertanya dalam hati dimana demokrasi yang diimpikan oleh nenek moyang kita akankah semuanya itu hanya akan menjadi dongen belaka atau hanya sebuah untaian kata-kata yang cantik untuk menghibur anak-anak kita yang dalam kebingungan, dalam keresahan karena matanya tak dapat terpecamkan.
Kegelapan itu berakhir setelah datangnya Rahmatallil Alamin, tapi kini kegelapan itu perlahan-lahan telah kembali dengan suasana yang berbeda. Mereka berteriak lantang “inilah dunia modern” dunia yang penuh dengan hura-hura, dunia yang penuh dengan kejahatan orang-orang yang berdasi. Mereka hidup dalam dunia materialistik dengan sistem demokrasi “katanya” namun, mereka menjadikan kapitalisme hidupnya.
Dimanakah kekuatan idiology pancasila itu yang katanya adalah landasan hidup kita yang menjadi dasar dari segala kebijakan-kebijakan yang diambil. Sekarang aku mulai percaya idiology itu sudah mati sudah tak bisa lagi bergerak maju, membangun dan menghancurkan. Sekarang aku mulai yakin idiology itu hanya tinggal tulang-tulang berserakan dengan pembukaan undang-undangnya, batang tubuhnya, dan semua bentuk-bentuk ketetapannya.
Mereka butuh tangan-tangan suci untuk merangkai kembali tulang-tulang berserakan itu, agar dapat berdiri kokoh kembali laksana tembok cina yang selalu dikagumi oleh orang.
“aku bagai hidup dalam dongen
Semuanya dalam kebohongan
Penguasa semakin menindas rakyat”
Satu kata “bangkit” dan hancurkan topeng itu dan teruslah berteriak tentang kebenaran. Banyak manusia yang sudah tak mampu lagi mengetahui esensi dirinya sendiri sehingga mendefinisikan manusia itu sudah bermain kepentingan individual di dalamnya. Oleh karena itu, kita perlu menganalisis bagaimana itu manusia dan bagaiman itu hewan.
Manusia adalah sebangsa dengan binatang dan memiliki banyak kesamaan ciri dari segi fisik namun, akan jelas perbedaannya dari segi sikap dan kecenderungan. Kaitannya dengan manusia dan binatang, Murtadha Muthahari dalam bukunya manusia dan alam semesta mengatakan bahwa segi pengetahuan dan keinginan binatang itu yaitu pengetahuannya dangkal, parsial dan khsusus pengetahuannya regional, dan pengetahuannya terbatas pada saat sekarang dan tidak mampu untuk mengetahui masa lalu dan masa yang akan datang. Namun, Allah adalah maha kuasa dan mengetahui segala sesuatu, dan sesungguhnya dia mengetahui apa yang tidak diketahui oleh manusia.
Di sisi lain, tingkat keinginan hewan juga dapat diklasifikasi dan terbatas dalam ruang lingkup tertentu. Adapun hal itu seperti yang diungkapkan oleh Murthada Muthahari adalah (1) hasratnya tidak lebih dari segi material seperti makan, minum, tidur, bermain, kawin dan membuat sarang, (2) keinginannya bersifat pribadi dan individual, (3) bersifat regional, dan (4) bersifat seketika itu saja.
Sedangkan manusia memiliki yang lebih tinggi dari hewan dengan pertimbangan bahwa manusia mampu untuk bernalar dan mengetahui masa lalu dan masa yang akan datang serta manusia tidak butuh dari segi material saja akan tetapi manusia butuh akan esensi dan eksistensi kedirian atau keakuan. Dengan mengetahui perbedaan manusia dan hewan dengan segala bentuk karakternya maka dapat dibedakan antara populasi hewan dengan poluasi manusia.
Populasi Manusia dan Hewan
Populasi adalah sekolompok jenis organisme yang hidup pada daerah tertentu. Pada setiap populasi terdapat sebuah tokoh yang menjadi idola dan diagungkan oleh mereka serta memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap mereka. Mereka biasa menyebutnya sebagai pemimpin.
Pemimpin adalah pemberi petunjuk, atau orang yang terdepan dalam mengambil suatu keputusan serta penentu kebijaksanaan lainnya. Olehnya itu pemimpin adalah pembawa warna yang akan membedakan suatu garis putih dan garis hitam. Nilai dari kebijakan suatu pemimpin adalah tegantung bagaimana seorang pemimpin mampu untuk memberikan tauladan yang baik serta memberikan yang terbaik bagi yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin itu betul-betul menjadi bahan olahan, pengolah, dan pemberi hasil sehingga paham tentang kepemimpinan itu bukan subjek yang akan merampas segalanya dari objek yang dipimpinnya dan menjadi penindas bagi mereka.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Perbedaan antara populasi hewan dan populasi manusia terletak pada sistem yang terjadi di dalam populasi itu sendiri, sebagai contoh dalam populasi hewan maka pemimpin mereka adalah hewan yang paling kuat dan buas yang setiap harinya hanya memangsa yang lemah. Namun, tidak jarang diantara hewan-hewan kuat itu saling memangsa dan menghancurkan untuk memperebutkan mangsa.
Bagaimana dengan populasi manusia sekarang ini, adakah berbeda dengan populasi hewan ? kita akan menjawabnya dengan menggunakan pembenaran dan analisa yang sangat sederhana. Manusia sebagai makhluk yang paling mulia yang mempunyai akal yang cerdas untuk mengatur dan membawa hidupnya kepada kedamaian, ketenteraman, dan kesejahteraan. Mereka mengaku sebagai pemimpin-peminpin yang akan menanamkan hukum yang katanya untuk mengatur dan menerapkan keadilan untuk seluruh rakyat. Namun,, pada kenyataannya tidak sedikit dari aturan-aturan itu yang keadilan hanya untuk mereka yang berduit, dan yang berkuasa.
Adakah mereka berbeda dengan sistem binatang, ketika anggota DPR yang berkelahi dengan berdalih berkelahi untuk kepentingan rakyat. Hal itu, sangat tidak mungkin karena sesuatu yang diperuntukkan kepada rakyat yang tidak ada hubungannya dengan birokrat. Lantas kenapa mereka berkelahi tentang sesuatu itu ?. Dari hal itu maka jelaslah bahwa mereka berkelahi karena untuk kepentingan yang hanya untuk golongan tertentu dan demi memperebutkan sesuap nasi dan jabatan. Akankah kita mampu menjadi pemimpin yang dapat memberikan garis terang sehingga perbedaan itu nampak nyata. Ataukah makna pemimpin yang sesungguhnya itu akan hilang dan berganti dengan makna kepemimpinan yang dibuat oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab yaitu sosok yang senantiasa menindas..
Jumlah organisme akan semakin bertambah sesuai dengan pertambahan waktu dan tingkat kesejahteraan hidup organisme tersebut. Perkembangan organisme itu akan mengikuti pengaruh lingkungan di sekitarnya baik tingkat kesuburan tanah, makhluk yang hidup berdampingan dengannya dan pengaruh yang lainnya. Begitu halnya juga dalam masyarakat akan tumbuh sebuah tradisi-tradisi yang baru tergantung pengaruh apa yang tertanam paling kuat dalam populasi masyarakat itu tanpa ada pembedaan mana yang benar dan mana yang salah.
Ketika hal yang demikian tidak mendapat perhatian dan kesadaran masing-masing maka akan mengakibatkan tradisi lama menjadi punah diganti dengan tradisi baru yang mana perkembangan tradisi itu sudah dipengaruhi oleh tradisi barat. Sehingga kebiasaan itu sudah tertanam dan tradisi baru itu tidak lagi mejadi sesuatu yang tabuh untuk dilakukan, kemurnian dan ciri khas masyarakat lamapun telah tertimbung dan tinggallah sejarah dan dongen-dongen untuk menghibur anak-anak kita “laksana kisah dinosaurus telah tertimbung tanah”.
Olehnya dapat disimpulkan bahwa banyak manusia yang bukan manusia masa depan dalam artian bahwa manusia sekarang hanya mengandalkan ekonominya saja, jabatan, dan material akan tetapi menurut Murthada Muttahari mengatakan manusia masa depan merupakan manusia yang berbudaya, bukan manusia ekonomi, dan manusia masa depan merupakan manusia agama, akidah, dan idiologi, dan bukan manusia yang mengejar kenikmatan jasmani.
Faktanya, bahwa manusia berevolusi dari sisi hewani manusia yang akan bergerak menuju kepada kemuliaan. Akan tetapi terkadang kita jumpai dan banyak terjadi dikalangan orang-orang “modern” proses dari pergerakannya seakan berbalik arah kembali kamasa kehidupan lalu. Saat yang demikian maka pertumbuhan manusia seperti kurva quadratic seperti dalam bahasa matematika. Maksudnya adalah ketika sudah mencapai suatu puncak maka akan mengalami penurunan kualitas.
Di sisi lain, kini kita hidup dalam tatanan yang palsu karena kemurnian dan keaslian jati diri budaya islam kita telah runtuh dan diganti dengan budaya baru yang biasa diistilahkan dengan budaya popularitas. Kebudayaan islam telah tertimbung menjadi sejarah saja, tak mampu mengadakan suatu perkembangan untuk mempertahankan dirinya. Kepalsuan-kepalsuan itu semakin menebal sehingga tak sanggup lagi untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. “Ya Allah Perlihatkan Kepada Kami Pemimpin Yang Akan Memberikan Titik Terang Itu”. Sehingga populasi dari tiap-tiap jenis organisme itu dapat tertata kembali sesuai dengan fitrahnya. Kesadaran dalam menjalani kehidupan ini akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar dalam hal pengabdian kita.

Tatanan Kapitalisme
Kaum kapitalisme semakin berkuasa rakyat semakin tertindas dan sensara karena kemiskinan itu bukanlah urusan siapa-siapa akan tetapi, urusan mereka sendiri. Kapitalisme merupakan strategi dan paham menganggap bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri sehingga ia bebas untuk memberlakukan hartanya sesuai dengan kehendak hatinya. Pada hal dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat keruasakn dipermukaan bumi. (QS. Al-Qashash 77)
Awal kehadiran kapitalisme misalnya Jepan, dan Belanda yang masuk ke Indonesia ini sangat menonjolkan siikap keras dan egoisme yang berlebihan. Sejarah dan moyang kita telah bercerita kepada anak cucunya bahwa mereka tidak memiliki kepedulian terhadap anak-anak, wanita, orang-orang lemah, dan kepada fakir miskin. Mereka memaksa anak-anak, wanita dan orang miskin bekerja secara paksa di pabrik-pabrik dengan upah yang sangat kecil agar tidak digilas oleh kekejaman hidup dan kebrutalan orang-orang kuat yang sudah merasa hidup dalam dunia yang modern, orang-orang yang berhati batu , bahkan lebih keras.
Suara tangis dari orang-orang miskin yang meminta belas kasihan, yang meminta keadilan, telah berubah menjadi teriakan perlawanan menentang kapitalisme tetapi kenapa hanya orang miskin. Akankah seorang bapak hari ini takut untuk bersuara atas nama anaknya (rakyat). Mengapa seorang bapak melepaskan tanggung jawabnya hanya karena takut miskin, maka satu kata buat bapakku yaitu ‘berhentilah engkau jadi bapakku’. Wahai bapakku dengarkanlah :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada meraka.(QS. Al-An’am 151)
Dalam ayat yang lain :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi irzki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesuingguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar.(QS. Al-Isra’ 31).
Sekarang aku mengerti bahwa kemiskinan dan ketertindasannya mereka bukan semata-mata karena mereka malas akan tetapi yang menjadi penyebab utama disini adalah keadilah yang tidak diberikan kepada mereka. Di era yang sekarang ini para orang miskin kini potensiya untuk bekerja telah ditutup, kenapa tidak lahan kosong yang mau digarap telah kurang, alat dan bahan untuk melakukan suatu pekerjaan yang tidak ada, mereka hanya jadi buruh dengan upah yang sangat rendah, pendidikan yang tinggi tertutup untuk mereka, kebiajkan-kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Kasihan orang miskin.
Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan dan dapatkan sekarang ini adalah semata-mata dari ridho Allah ?. Namun,, pada kenyataannya kita menghabiskan semua harta dan sisa-sisa umur kita untuk dinikmati sendiri. Allah tidak pernah membutuhkan sesuatu dari manusia yang kerdil itu akan tetapi manusia yang selalu butuh akan Allah SWT dan alangkah tak bermoralnya dan ruginya kita jika semua nikmat yang diberikan oleh Allah kita tidak dipergunakan untuk kepentingan kita dan kemaslahatan ummat.
Islam tidak setuju terhadap anggapan terhadap orang kaya bahwa mereka adalah pemilik absolut terhadap harta kekayaannya. Mereka adalah pemilik pertama dan terakhir. Dalam artian mereka bebas untuk memberlakukan hartanya. Sedangkan dalam islam mempunyai hal-hal yang istimewa yang tidak dimiliki oleh yang lain ; pertama, sejak 14 abad yang lalu islam sudah mengakui hak-hak orang miskin dan memberikan jaminan hak kepada orang yang kalah dalam peperangan. Kedua, bahwa hak-hak yang ditentukan dan undang-undang tidak sekedar dibuat akan tetapi untuk mengatur kehidupan manusia sepanjang masa (otentisitas). Ketiga, aturan dan undang-undang yang ditetapkan tidak ada campur tangan manusia dengan segala sifat hawa nafsunya yang bisa memberi dampak yang sangat jelek terhadap perkembangan generasi atau bersifat universal dan sempurna. Ketiga hal tersebut, mampu untuk dipertanggungjawbkan dengan analisis yang rasional.
Dengan jaminan tersebut maka, tidak ada alasan untuk memakai kapitalisme sebagai pembenaran kepada orang-orang kuat untuk menindas yang lemah dan tidak ingin membantu mereka. Walaupun demikian merampas harta kaum borjuis juga merupakan sesuatu yang salah karena pada kenyataanya tidak sedikit orang yang kaya dan kuat yang berbaik hati terhadap kaum lemah. Islam juga mengakui terntang kepemilikan pribadi yang kemudian ini dijadikan sebagai prinsip sistem ekonomi.
Sebaik-baik harta yang baik adalah harta yang di tangan orang yang baik.
Dengan demikian diri dan pendidikan hati nurani menjadi prioritas utama dalam pandangan islam dan tatanan negara yang diharapkan untuk mendukung.
Mampukah seorang makhluk akan memberikan sesuatu yang tidak dimiliki oleh Pemilik segala sesuatu? Apakah pemilik segala kepuasan mengharapkan lagi kepuasan? Ataukah pemilik semua kakuasaan masih mengharapkan kekuasaan? Dan akankah pemilik semua amal ibadah masih mengharapkan ibadah?. Kenapa masih banyak makhluk yang merasa hebat, hidup di dunia yang hanya tempat persinggahan dan pinjaman dari Allah dengan segala kesombongan dan keangkuhan mereka.
“pernahkah……”
Dan apabila diikatakan kepada mereka :’ Nafkahkanlah sebahagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu, maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang mukmin : apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki maka tentulah Dia akan memberi makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata. (QS. Yasin 47)
Dan Musa berkata : sekiranya kalian dan seluruh yang ada di muka bumi bersikap kafir maka sesungguhnya Allah tetaplah Yang Maha Kaya Lagi Maha Terpuji (QS. Al-Hajj : 64)
Makassar, 20 Januari 2005

0 komentar:

Posting Komentar