buah dari ketidakadilan

KEMISKINAN ADALAH BUAH DARI KETIDAKADILAN
Assalamu Alaikum wr.wb
Di sudut kota terdapat beberapa rumah kecil yang dindingnya terbuat dari kulit rumbia yang dianyam. Kepulan asap kecil keluar dari tengah rumah pertanda bahwa ruang tamu dengan dapur adalah sama. Namun,, pemandangan itu akan segera berakhir karena menurut kabar rumah tersebut akan digusur oleh seorang pengusaha kaya yang akan mendirikan hotel berbintang lima.
Tiga hari kemudian benarlah berita tersebut karena beberapa orang yang berbadan kekar telah mengeliligi rumah-rumah kecil itu dengan membawa perlengkapan penggusuran. Pemilik rumah itu keluar dengan menangis histeris sambil ngomel dan berbagai makian terhadap para penggusur serta tetap bertahan agar rumah mereka tidak digusur. Di seberang jalan, beberapa orang di antara mereka berpakaian Dinas dengan tulisan PEMDA dan baju warna coklat dan gagah lengkap dengan senjata di tangannya.
Teriakan dari orang-orang tergusur itu sangat memilukan namun,, kelihat para penggusur itu santai dan senyum-senyum saja. Rakyat miskin itu sangat bingun dan berteriak,
‘kami harus kemana lagi, kami cuma rakyat miskin yang butuh keadilan dari pemerintah kami juga butuh kehidupan seperti, mereka yang perutnya buncit karena kekenyangan dan perut kami buncit karena busung lapar.
Teriakan itu tak dipedulikan, kekerasan pun tak terelakkan aparat itu sangat agresif dalam menghalaui rakyat miskin itu. Namun,, ketika diperhadapkan dengan musuh rakyat yang berduit mereka hanya mengemis dan meminta belas kasihan dan hukum pun telah ternodai olehnya. Pemerintah memang bodoh karena tidak mampu mengatasi masalah rakyatnya, mereka hanya mampu untuk memukuli dan memenjarakan rakyat kecil yang butuh hidup. Mereka telah buta dengan dunia kapitalis dan takut untuk miskin sehingga rakyatnya yang jadi sasaran dari ketakutan itu. Mereka tidak pernah merasa takut ketika rakyat yang jadi miskin.
Kekerasan demi kekerasan telah dilakukan oleh pemerintah sampai pada kekerasan pada mahasiswa dan menembaki mereka. Kukatan kepadamu wahai pemerintah yang bejak ‘kamu adalah penghianat, bangsat, dan brensek’ kekecewaan ini dan perbuatanmu kepada rakyat kecil akan menjadi saksi dari ketidakadilanmu.
Kekerasan secara umum dibedakan dalam tiga kategori seperti apa yang diungkapkan oleh Dom Helder Camara yaitu bahwa spiral kekerasan adalah kekerasan personal, institusional, dan struktural seperti ketidakadilan, kekerasan pemborontakan sipil, dan represi negara.
Ketidakadilan
Ketidakadilan yang terjadi terhadap masyarakat menimbulkan banyak konflik yang sangat meresahkan masyarakat. Ketidakadilan itu dapat dijumpai dimana-mana dalam masyarakat khususnya dalam menerapkan hukum, dan kebijakan pemerintah lainnya. Kebijakan-kebijakan yang ada seperti privatisasi terhadap kekayaan alam tertentu contohnya air, BBM yang mempengaruhi keadaan ekonomi dan kehidupan rakyat.
Hukum yang ada telah diperjual belikan sehingga kekuatan hukum kini telah bersandar kepada pemilik modal, dan pemegang kekuasaan. Hak asasi manusia kini telah menjadi permainan belaka ditambah keberpihakan media kepada penguasa yang telah mengacaukan segala bentuk perlawanan dan pergerakan para kaum tertindas. Media yang menjadi senjata pemerintah saat ini telah menjadikan pergerakan kaum kiri sebagai kambing hitam atas segala peristiwa yang terjadi selama ini. Sebagai contoh kecil, dalam dunia kampus sendiri telah terjadi pembusukan karakter dan citra buruk almamater telah banyak diespos yang sebenarnya adalah setting pemerintah untuk menjatuhkan dan melumpuhkan pergerakan.
Media juga telah menghipnotis kaulah mudah untuk terjun kedunia maya dengan segala bentuk kecanggihannya, kemudahannya dan mempengaruhi pola pikir para remaja menuju kepada kapitalisme. Kerusakan moral juga tak sedikit diakibatkan oleh tayangan-tayangan di TV yang tak layak untuk dikomsumsi oleh orang kebanyakan. Pilter yang selama ini dijanjikan dan dilakukan oleh pemerintah tidak mampu untuk membendung desakan arus globalisasi.
Karena bagaimana mungkin dapat dibendung kalau kita masih menggantunkan diri terhadap AS dan IMF yang membuat kita semakin terjerat dalam utang negara yang semakin bertumpuk sehingga peluang untuk maju bagi indonesia sangatlah kecil ‘sampai kapan kita bisa maju, sampai kapan kawan’. Bagaimana kita bisa membendung ketika hukum masih menjadi pelengkap institusi negara saja, itu akan susah terjadi ‘samaji dengan bohong kawan’.
Di sisi lain, tak sedikit juga tokoh-tokoh pergerakan yang telah menjual harga diri dan idealitasnya untuk membela kaum penindas. Hal ini menyebabkan pula ketidakpercayaan rakyat kepada pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang betul-betul menginginkan perubahan. Ternodainya pergerakan kaum tertindas dan pergerakan lainnya semakin mempersempit ruang gerak karena kawan dan lawan sangat sulit untuk dideteksi.
Pemborontakan sipil atau rakyat
Ketidakadilan yang terjadi hampir disegala sektor kehidupan telah menimbulkan reaksi yang sangat keras dari kalangan sipil dan rakyat untuk menentang dan bangkit dari ketertindasan. Perlawanan kemudian disusun untuk menggulingkan pemerintah yang dianggap tidak lagi berpihak kepada rakyat. Sehingga perbenturan antara birokrat semakin gencar.
Pemborontakan yang dilakukan oleh rakyat dengan aksi demonstrasi bersama dengan mahasiswa, dan organisasi gerakan sosial lainnya. Reaksi-reaksi itu kemudian dimaksudkan agar supaya pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk mengubah haluannya dan kembali kepada kepentingan rakyat yang paling utama. Namun,, pergerakan itu tidak selalu berjalan dengan mulus akan tetapi sering mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut diakibatkan karena pemerintah tidak lagi berpihak kepada kepentingan rakyat sehingga sangatlah betul apa yang dikatakan oleh Eko Prasoetyo bahwa demokrasi bukanlah untuk rakyat.
Represi Negara
Bentuk kekerasan yang lain adalah represi negara. Pemborontakan-pemborontakan yang dilakukan oleh rakyat bersama dengan organisasi pergerakan itu mendapatkan kecaman balik dari pihak birokrat karena merasa kursinya akan lengser. Walaupun secara sadar, mereka tahu bahwa berperan dengan rakyat adalah melanggar idiologi mereka sendiri yaitu pancasila yang katanya melingdungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (itu ideologinya mereka, kaum penindas). Sehingga ideologi itu perlu dipertanyakan ulang apakah pancasila itu layak untuk disebut sebagai ideologi.
Bentuk represi yang dilakukan oleh pemerintah melalui anjing-anjing penjaganya adalah dengan memukuli, menendang, menculit para aktivis dan bahkan menembaki mereka hingga tewas. Dasar mereka anjing penjaga bisanya hanya menembaki rakyatnya dan menerima suap dari para koruptor. Selain mencegal dengan sikap keras juga mematahkan gerakan-gerakan mereka dengan mengadakan pemasungan politik dan membuat aturan-aturan yang membuat kaki dan pergerakan seolah dirantai oleh besi baja yang panas.
Dengan demikian spiral kekerasan di atas kuncinya adalah ketidakadilan. Ketidakadilan ini kemudian menimbulkan ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan rakyat. Rakyat semakin miskin dan kelaparan sehingga jangan persalahkan mereka ketika mereka mencuri untuk memenuhi kehidupannya karena kemiskinan mereka bukan semata-mata diakibatkan oleh faktor kemalasan akan tetapi lapangan pekerjaan yang semakin sempit dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit karena standar cari kerja kerja sekarang adalah sekolah sementara sekolah hanya konsumsi orang-orang yang berduit.
Sementara akibat dari kemiskinan sangat berdampak negatif terhadap perkembangan suatu negara sehingga sangat butuh solusi. Adapun akibat dari kemiskinan :
Masalah Akidah
Rasululah pernah mengatakan bahwa kekafiran mendekatkan diri kepada kekufuran. Rusaknya akidah akan menimbulkan lemahnya iman dan krisis moral seperti yang dibahasakan dalam penjelasan sebelumnya. Kelemahan dari pada iman akan menimbulkan mala-petaka dan bencana dimana-mana, rusaknya tatanan masyarakat dan membawa kepada kehancuran.
Rusaknya Pemikiran
Kerusakan akidah akan berdampak pula terhadap pemikiran, kekurangan dari gizi yang sangat dibutuhkan oleh otak tidak terpenuhi yang kemudian melahirkan generasi yang kolog dan bodoh pada hal di sadari bahwa tampuk kepemimpinan kedepan berada dipundaknya. Selain dari faktor gizi faktor yang paling utama dan sangat mendasar sekali yang mempengaruhi kerja otak untuk berpikir adalah desakan kebutuhan.
Desakan kebutuhan ini yang kemudian akan menahkodai segala perjalanan pemikiran. Pemikirannya hanya terfokus pada satu tujuan saja yaitu bagaimana dia mampu untuk memenuhi kebutuhannya dan memperbaiki kehidupannya tanpa harus menyempatkan dirinya untuk memikirkan orang lain, negara dan bahkan rela menjual idiologinya untuk bertahan hidup.
Masalah Kesehatan
Kehidupan yang tidak layak akan mengakibatkan lingkungan keluarga yang tidak terawak dan akan menimbulkan penyakit yang sangat ganas. Kemampuan rakyat untuk membeli obat-obatan juga tidak terpenuhi, mereka lebih baik memilih mati dengan membawa penyakitnya dibandingkan kedokter untuk berobat karena terlalu mahal.
Masalah kesehatan ini membawa kabar burut terhadap keadaan Indonesia. Seperti yang terjadi busung lapar, anstrak, demam berdarah dan penyakit ganas lainnya. Perhatian yang ekstra terhadap kesehatan adalah merupakan suatu hal keharusan.
Dari berbagai dampak kemiskinan di atas maka tidak ada alasan untuk membiarkan Indonesia untuk tetap miskin. Mengapa harus terjadi kemiskinan di Indonesia pada hal kita terkenal dengan sumber daya alam yang sangat subur dan kaya. Haruskah rakyat yang menanggung dari keganasan zaman yang pemerintah terapkan di negara kita ?.
¬Seandainya pemerintah adil hari ini dan memprioritaskan pada peningkatan mutu kehidupan rakyat miskin baik dari segi meterial dan sumber daya manusianya. Namun,, kenyataannya Sumber daya alam hanya dinikmati oleh orang kaya dan pejabat negara saja. Kenapa mereka lebih senang menumpuk-numpuk harta dibanding membagi kepada rakyat dan tidak menopoli lapangan pekerjaan. Pemilikan sumber daya alam secara individual adalah merupakan pelanggaran kenapa ? seandainya mereka tidak serakah dan berlaku adil maka sejahteralah kita.
Dengan demikian untuk memperbaiki kehidupan ini maka butuh suatu pemerintah yang berpihak kepada rakyat, bijak, dan membenahi struktur kepemerintahan agar kehidupan rakyat yang bersahaja dapat tercapai.

0 komentar:

Posting Komentar