teriakan setan

Aku berlari dengan kencang mengikuti teriakan itu, dimana seorang gadis seksi berdiri di ketinggian, berkalungkan emas, dan permata yang berkilauan, terbayang dibenakku kesenangan dan kenikmatan. Semakin keras teriakan itu maka larikupun semakin kencang, tak peduli disekitarku, hewan-hewan kecil terinjak remuk dan hancur “kraaaaat” mereka binasa. Tak sedikit hutan yang aku bakar ketika menghalangi jalan dan penglihatan untuk memuaskan napsu itu.
Aku terus berlari menuju ketinggian itu, dimana akal dan rasionalitas tidak lagi yang terdepan aku hanya ingin kenikmatan dan kesenangan, tak peduli di sekitarku. Dan tak kala diperjalanan kutemukan seseorang mengendarai kuda, maka kurampas kuda itu sehingga pertumpahan darahpun tak terelakkan. Hari itu satu lagi korban pemuasan napsu.
Mata hati telah tertutupi oleh kemolekan tubuh dan silau akan permata dan perhiasan, sehingga saudarapun jadi korban. Kuda terus berpacu dengan kencangnya melewati tebing yang terjal dan tiba-tiba “aaaaaaahhhhhhh…….” Teriakan hesteris, teriakan yang penuh penyesalan kuda yang kutumpangi terpeleset dan jatuh ke dalam juram “aku binasa, aku tersesat”
“Ambisi dari seorang penguasa untuk memperoleh kesenangannya tampa memperhatikan rakyat kecil disekitarnya jadi korban dan merusak lingkungannya”.
Memang sangat dilematis, ketika dalam mendapatkan kesenangan misalnya kekuasaan, dan harta kekayaan dengan menggunakan cara-cara yang di luar jalur yang ada. Mereka bergerak untuk menuju kepada pencapaian tujuan dengan menyingkirkan segala hambatan yang disekitarnya sampai-sampai rakyat kecil di sekitarnya diinjak-injak tampa belas kasihan. Hal ini dapat kita lihat bagaimana para pemilik modal membangun usaha untuk kesejahteraannya dengan menggusur mereka tanpa memperhatikan apa dampak fsikologis dari semua itu.
Rakyat sekali lagi menangis dengan keluarnya undang-undang perpres No 33 tentang kebijakan hak dan wewenang kepemilikan tanah. Hal ini memberikan indikasi bahwa yang merumuskan segala undang-undang perekonomian rakyat Indonesia adalah mereka pemilik modal. Mereka saling memangsa satu sama lain tak kenal kawan dan tak kenal lawan layaknya pergulatan di dalam dunia rimba raya. Dengan demikian kapan rakyat diurusi ? sementara mereka berkelahi satu sama lain untuk kepentingan diri sendiri.
Untuk menjawab itu maka ada beberapa faktor yang sebenarnya menjadi pemicunya akan tetapi saya hanya akan membahasakan bahwa terjadinya hal itu karena mereka lebih cenderung mendengarkan teriakan setan yang ada pada dirinya, dan di luar dirinya. Sebagai contoh banyak sekali wakil rakyat yang korupsi, itu karena keinginan materialnya dan prinsip kapitalisnya yang lebih dominan dibanding dengan kemauan untuk membangun rakyat. Selain itu manajemen pengamanan dan pengaturan dalam sistem pemerintahan sampai hari ini belum jelas. Terbukti dari banyaknya kasus yang terjadi dikalangan birokrasi yang semestinya birokrasi adalah menjadi badan pengawas dan pelindung akan tetapi tidak demikian, bahkan mereka sendiri yang melakukan pelanggaran itu dan sangat banyak di antara mereka yang bebas dari cengkeraman hukum “ ada apa dengan ini semua kawan ?”
Semakin jelas bahwa demokrasi dari segala bidang kehidupan manusia Indonesia masih setengah hati dilakukan oleh pihak pemerintah. Dampak dari hal itu adalah terjadinya kelaparan dimana-mana, penyakit baru yang sangat ganas dan mematikan, dan penggusuran yang hampir di seluruh Indinesia terjadi. Sadarkah kita bahwa kita sampai hari ini masih diobok-obok dengan segala janji-janji palsu tanpa ada realisasi.
“Wahai manusia, kalian semua faqir (tergantung) kepada Allah, dan Allah adalah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji”.
(QS. Faathir : 15)
Ditulis Ketika Menontong Inul Bernyanyi dan Buser

0 komentar:

Posting Komentar