Monalisa

___Prolog___


Monalisa bersedih. Tangannya yang lentik memukul-mukul tanah hitam yang mulai basah oleh air matanya. Sepertinya dia ingin menumpahkan rasa kekesalannya kepada Tuhan yang telah menciptakan kehidupan. Baginya, mati lebih baik daripada harus melihat satu-persatu bagian kehidupannya dicabut. Apakah Leonardo Davinci telah salah dalam melukis Monalisa?. Ah! tidak mungkin. Seandainya benar, mengapa Monalisa tidak dari dulu menggugat atas kesalahan Leonardo Davinci?
Oh,.. rupanya Monalisa bukanlah sosok yang dilukis oleh Leonardo Davinci. Lalu siapakah dia? Apakah dia sama cantik dengan lukisan ’Monalisa’? Seperti apakah tangisannya? Entahlah,.. biarkan waktu menyelidiki, membongkar, dan menjawab semua misteri hidup Monalisa.
Aku mencoba menggambarkan tangisan Monalisa dalam sebuah novel. Namun, menggambarkan Monalisa ternyata bukan hal yang mudah, karena aku hanyalah penulis pemula. Bukan siapa-siapa. Keinginan untuk menulis sebuah novel hanya didasarkan pada kekecewaan dari beberapa novel yang pernah aku baca. Yaaah, kecewa. Tak ada alasan lain yang aku tahu selain dari karena kecewa. Betul,.. sungguh itu saja.
Tangisan Monalisa yang mencoba aku untai sedemikian cantik tak pernah memuaskan seorang Editor. Makian dan kata-kata kasar yang selalu kudapatkan. Aku menangis. Yaah, aku menangis seperti Monalisa yang menangis.

* * *

1 komentar:

Anonim mengatakan...

jika kau ingin mengenal siapa MONALISA sebenarnya
pahami dan resapi dia karena kau tak kan pernah tau sejauh mana pemain kehidupan akan bermetamorfosa..........

Posting Komentar